Minggu, 23 Oktober 2011

Diposting oleh Febri Satryo

1. Penerapan Etiket di Masyarakat adalah
• Misalnya dalam makan, etiketnya ialah orang tua didahulukan mengambil nasi, kalau sudah selesai terus mencuci
• makan sambil menaruh kaki di atas meja dianggap melanggar etiket bila dilakukan bersama-sama orang lain,
• makan dengan tangan kanan,
• makan tidak boleh berdecap dan bersendawa
• Di Indonesia menyerahkan sesuatu harus dengan tangan kanan. Bila dilanggar dianggap melanggar etiket.
• mengucapkan salam ketika masuk ke rumah

2. Contoh Etika dan Sangsi Sosial yang Berlaku di Masyarakat adalah
- Bila ada sepasang kekasih yang belum menikah dan tinggal di satu rumah, maka akan mendapatkan sangsi berupa teguran atau usiran dari masyarakat.
- Di pedesaan sering kita jumpai bila ada saudara atau dari keluarga kita yang meninggal dunia,maka aka nada berupa pengajian selama 7 hari, dan selama itu pula keluarga yang ditinggalkan harus menyediakan makanan untuk pengajian tersebut,bila tidak bisa mengadakan pengajian dan menyediakan makanan tersebut maka keluarga tersebut akan jadi bahan perbincangan dari seluruh warga,maka dari itu sering mereka berhutang ke sana ke sini untuk bisa mengadakan acara pengajian tersebut.
- Bila ada warganya yang tertangkap berbuat hubungan suami istri di luar nikah, maka ada suatu daerah di jawa tengah langsung menghukum mereka dengan mengusir mereka dari desa mereka atau menikahkannya langsung mereka.

3. Kelebihan dan Kekurangan faham Hedonisme bila diterapkan di Era Globalisasi adalah
Kelebihan :
Perkembangan informasi akan sangat mudah didapat oleh remaja serta para penganut faham ini sehingga mereka tidak tertinggal informasi yang sedang berkembang saat ini, dan mereka akan sangat familiar dengan teknologi teknologi yang berkembang di saat ini sehingga mereka tidak akan kalah bersaing dengan dunia luar.
Kekurangan :
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas.
Bahwa hedonismee sebagai fenomena dan gaya hidup sudah tercermin dari prilaku mereka sehari-hari. Mayoritas pelajar berlomba dan bermimpi untuk bisa hidup mewah. Berfoya-foya dan nongkrong di kafe, mall dan plaza. Ini merupakan bagian dari agenda hidup mereka. Barangkali inilah efek negatif dari menjamurnya mall, plaza dan hypermarket lainnya. Mengaku sebagai orang timur yang beragama, namun mereka tidak risih bermesraan di depan publik . ini adalah juga gaya hidup mereka. Hal lain yang membuat hati kita gundah- menyimak berita pada televisi dan Koran-koran bahwa sudah cukup banyak pemuda-pemudi kita yang menganut paham hidup free sex dan tidak peduli lagi pada orang-orang sekitar. Hamil di luar nikah bukan jadi ‘aib lagi, malah sudah dianggap model karena para-para model mereka juga banyak yang begitu seperti digossipkan oleh media elektronik (TV) dan media cetak (majalah, Koran dan tabloid).
Gaya hidup hedonismee tentu ada penyebabnya. Ada banyak faktor ekstrinsik (faktor yang datang dari luar) yang memicu emosi mereka menjadi hamba hedonisme. Orang tua dan kaum kerabat adalah penyebab utama generasi mereka menjadi hedonisme.
Kecendrungan orang tua yang pro dengan gaya hidup hedonism, memandang anak bukan sebagai titipan Ilahi. Tapi memandang anak sebagai objek untk diotak atik. Sejak kecil anak sudah diperlakukan dengan hal yang aneh-aneh; anak dianggap lucu kalau rambutnya di gondrongkan, nyanyinya ya nyanyi tentang cinta- kalau perlu syair yang jorok. Katanya Sejak kecil anak didik bahwa shopping yang ngetren musti di mall, dan makanan yang bergizi adalah KFC atau burger. Orang tua yang pro hedonisme tidak begitu peduli dalam mengasah spiritual anak. Tidak heran kalau anak-anak mereka cenderung menjadi generasi free thingker atau generasi yang kurang diajar untuk mengenal Sang Khalik. Akibatnya mereka tumbuh jadi generasi yang rapuh, mudah putus asa dan mencari kambing hitam, bila ditimpa musibah “Aku sakit karena shio ku shio kuda, atau aku lagi sial gara-gara memakai kemeja merah ini”.
Sampai sekarang tetap orang, termasuk pelajar/generasi muda, memandang segala sesuatu yang berasal dari Barat sebagai hal yanh hebat. Pelajar merasa minder kalau ketahuan lebih mengidolakan lagu daerah, lagu Minang, dan lagu dangdut. Mereka harus mengidolakan lagu dan musisi dari barat. Poster-poster figur dari Barat, artis dan atlit, patut ditempel di kamar belajar. Kemudian tiap saat mengupdate atau mengikuti perkembangan beritanya; “ oh artis atau atlit dari klub itu lagi pacaran, yang ini mau cerai, yang itu punya mobil mewah, yang itu lagi bersenang-senang dengan kekasihnya di laut caribia….wah aku patut meniru gaya hidup nya”. Demikianlah pelajar dari dalam kamarnya menyerap gaya hedonisme dari info-info tentang figur-fugur idola yang menempel di dinding kamarnya dibandingkan figur-figur intelektual, pahlawan, pendidik dan tokoh spiritual lainnya.
Faktor bacaan dan tontonan memang dapat mencuci otak pelajar untuk menjadi orang yang memegang prinsip hedonisme. Adalah kebiasaan pelajar kalau pulang sekolah pergi dulu ke tempat keramaian, pasar, paling kurang mampir di kios penjualan majalah dan tabloid. Ada sejumlah tabloid dan majalah, ada untuk anak-anak, remaja, dan dewasa. Tabloid dan majalah untuk remaja ada yang punya tema tentang agama, olahraga, pendidikan, dan majalah/tabloid popular. Umumnya yang berbau agama dan pendidikan kurang laku. Yang paling laris adalah tabloid dan majalah remaja popular yang isinya banyak bersifat hura-hura- shopping dan kencan.

0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99 % keringat. Tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan